Tampilkan postingan dengan label chalinop. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label chalinop. Tampilkan semua postingan

Kamis, 22 Desember 2016

Sang Penulis

Akan kuceritakan banyak penulis dalam satu nafas
Alasannya sederhana,,,

Satu, 

Dia memamerkan lukisan tangannya di atas 300 halaman yang menurutku lumayan seksi, tapi Marlyn Monroe masih lebih seksi. Beruntungnya, namanya terkenal hingga barang jualannya ludes dalam 4 minggu. Pada saat bersamaan, penulis pemula muncul dengan karya baru yang jauh lebih bahenol dibanding artis dunia yang melegenda itu. Sayangnya namanya belum terkenal. Setahun kemudian, kumpulan tulisan sang pemula tak kunjung ludes, tidak juga dibicarakan apalagi didiskusikan, dan sudah dipastikan hanya teman-teman dan keluarganya yang tahu bahwa ia adalah seorang penulis berbakat. Penulis yang tulisannya memesona abad saat ini dan mungkin abad selanjutnya. Lalu, sang penulis terkenal itu membuka kerisauannya padaku, "Saya bosan dengan tulisan saya. Ingin sesuatu yang baru, makanya saya menemuimu.."

Dua,

Lulusan jurusan penulisan dari luar negeri dan segala buku sastra diteguknya, kemudian dibagikan kepada kepala-kepala yang setengah kosong. Entah kapan, ia jatuh cinta membuat kisah visual. Layar demi layar, Shantika saksikan. Indah sekali. Itu baru babak pertama, lalu datar. Babak kedua kembali indah, kemudian hambar. Sampai ke babak ketiga, masih indah, dan diakhiri tawar. Shantika menarik nafas panjang, tanpa terduga, Ia menegur Shantika,"Hai. Gimana menurut kamu?" Di kepala Shantika  langsung menyusun 1000 jawaban yang dirinya tahu tidak pernah tepat...

Tiga,

Entah mengapa sejak dulu sampai detik ini, Iliana enggan menyebut nama penulis itu. Mungkin karena terlalu sering tersebut namanya di pikiran dan hati Iliana. Selama bersama si penulis, mata ganjil Iliana tak berfungsi sempurna. Berbeda dengan sekarang, mata ganjilnya mampu melihat jernih dan luas tentang seluruhnya si penulis. Termasuk hasil pertapaan selama ekspedisi. Iliana tahu pasti kosakata ini dicurinya dari timeline social media. Tapi bukan itu yang menempel di dada dan mata Iliana. Adalah kegagalan  yang persis a rolling stone yang terus terjadi dan terjadi. Pada akhirnya, karena nafas masih ada, si penulis berupaya menyelamatkan yang tersisa, yang belum ada kata gagal di ruhnya. Iliana mengucapkan pesan terakhir untuk sampul bertajuk Cinta: "Jika cinta berbagi itu indah, mengapa tidak kau ceritakan milikmu sendiri? Atau kau takut?"

Empat,

Lelaki itu ialah penulis skenario film yang datang di suatu kedai kopi untuk menemui Mayang. Dia mengeluarkan suatu ide cerita dan meminta Mayang tuk menuliskannya. Mayang tertarik dan tapi harus mebghapus gaya penulisannya. Yang akhirnya,  dituliskan juga oleh Mayang dan sudah tiga tahun ini, ia menjadi takut  bila berada dalam  pesawat. Mayang yang ketiban entah, tapi tetap menuliskannya sampai selesai. Walaupun saat penulisan tersebut, Mayang hancur berkali-kali, menduga beratus-ratus sekian, jatuh cinta berpuluh-puluh jumlahnya, menangis berjuta-juta tetesan air mata, dan terakhir tertawa sekali saja. Gerombolan riset di kepalanya turut tertawa tapi lebar seraya mengangkat gelas wine ke udara. 

Lima,

Si politikus itu juga seorang penulis yang cerdas. "Dalam hal ini, saya tidak bisa menggunakan nama sendiri, bantulah sekali ini saja, cantik." Dijawab oleh si cantik,"Aku tidak tahu soal politik dan tidak mau tahu." Si politikus tersenyum tipis,"Kamu memang pandai berkelit!"

Enam,

"Buatlah cerita tragedi yang tragis!" 
"Tapi hidupku tidak pernah tragis."

Tujuh,

Di kolam renang dia mewawancarai sang tokoh yang sangat membumi. "Apa arti sukses bagi Ibu?"
"Sukses itu bisa duduk dan makan bersama dengan orang-orang yang kita cintai. Sukses bukan keberhasilan karir dan harta yang berlimpah, karena semua itu tidak berarti ketika usia malu berhitung."

Delapan,

Wanita yang suka memakai high heel itu adalah penulis fantasi. Hanya dia tidak pernah menggunakan sepatu tinggi dan tidak pernah menjadi penulis fantasi. Alasannya, tuntutan permintaan pasar. Terbunuhlah JK. Rowling di pantai tak berombak.

Sembilan,

Kusnadi,  penulis sialan yang mengumpulkan tulisannya hanya dalam dropbox - tidak pernah disebar atau dipublish  di mana pun dan dalam bentuk apa pun.  Lebih parahnya lagi, foldernya itu hanya di-share dengan kekasihnya yang sudah tidak menjadi kekasih pada era ini. Kekasihnya gemas sekali, Ups, maksudku mantan kekasihnya. Kusnadi, penulis yang menulis riwayat, sastra,  budaya, politik, musik, dan kegagalan dunia berikut manusia yang paling dibencinya, yaitu mantan kekasihnya yang berhasil dipolesnya hingga 'terbaikan'. Sang mantan yang penulis berparas ayu dengan buku-buku best seller. Ya, pada suatu malam, Kusnadi menceritakan semuanya kepadaku dan aku harus berjanji untuk menyimpan rapi apa yang diutarakannya. Malam ini, aku menuliskannya, karena sumpah mati aku tidak tahan menyimpan rahasia

Sepuluh,

Di langit yang penuh bintang yang tersaji sangat cantik, wanita timur itu bersorak gembira, Tuhan, aku tidak pernah bisa menuliskan keindahan ini. Apakah ada manusia lain yang tahu caranya?"

"Kita tidak sedang melihat bintang dengan ekornya yang cantik, melainkan Tsunami."
Wanita itu terbahak, "Ah, bahkan kau pun tidak bisa mengucapkannya dengan sebenar-benarnya."
"Barangkali, apa yang sesungguhnya dari setiap rasa dan keindahan maupun kepedihannya hanya milik kita sendiri, orang lain sekadar bisa berimajinasi atau memperkirakan."

Aku pun tidak bisa menyampaikan maksud percakapan mereka dengan baik. Apalah aku...Dan nafasku malam ini cuma sampai di sepuluh saja