Minggu, 03 Mei 2015
Apakah Mereka Benar-benar Romantis?
“I love you as certain dark things are to be loved,
in secret, between the shadow and the soul.”
–“Sonnett XVII,” by Pablo Neruda
Empat lelaki di samping saya itu berprofesi sebagai penulis. saya tak perlu menyebutkan satu per satu nama mereka. Tulisan mereka hampir seluruhnya romantis dan di-publish di berbagai media. Apakah dalam kehidupannya, mereka romantis terhadap pasangannya? Saya tidak tahu pasti. Yang saya tahu adalah penulis yang menuangkan keromantisan, hanya sekali -dua kali, malah tidak pernah merasakan hal-hal romantis dalam perjalanan hidupnya. Sehingga, kepala mereka penuh ilusi romansa yang meledak-ledak. Atau di ingatan mereka masih terngiang-ngiang hal-hal romantis bersama mantan pasangannya. Bisa jadi, pasangannya itu tidak lagi romantis. Mungkin juga, penulisnya yang sudah lama tak mengangkat hal romantis di kehidupannya yang sekarang. Ini semua memang hanya 'barangkali'.
Rabu, 18 Maret 2015
Sekilas Tentang Festival Bhego Li Bheto
Musik
bambu hampir ditinggalkan masyarakat Ngada, Flores. Padahal setiap harinya,
kegiatan mereka tidak lepas dari bambu, apalagi sebagian pemain musik bambu
menempati rumah adat asli yang dibangun dari bambu (Kampung Wogo). Kebiasaan
mereka pun berkumpul sambil bermain musik, bernyanyi, dan menari. Dahulu,
mereka masih memainkan alat musik bambu secara lengkap untuk berkumpul-kumpul
sekedarnya. Tapi, sekarang ini mereka berkumpul hanya memainkan alat musik
gitar yang bukan berasal dari bambu. Kecuali seruling. Tapi tidak alat musik
bambu lainnya, seperti Kolintang, Bombardom (berfungsi sebagai Bass), Gendang, Voidoa,
dan lainnya yang berasal dari bambu.
Pesta Musik Bambu di Negeri Flores
Mendengar atau membaca “musik bambu” terkesan biasa, karena musik bambu telah hadir di beberapa daerah Indonesia sejak lama. Namun, kali ini sangat menarik dan unik. Sebabnya, bambu yang terdiri dari 159 jenis di Indonesia dan 6 jenis (Bambu Betung, bambu Pering, bambu Belang, bambu Suling, bambu Gurung, dan bambu To’e) di Flores, dan penduduknya mengunakan bambu tidak hanya untuk musik saja, tapi dalam kehidupan sehari-hari. Tentu, tidak semua penduduk Flores memanfaatkan bambu di kehidupan sehariannya, tapi ada kampung yang masih menggunakan bambu dari memasak, menyuling minuman khas dari pohon Enau, Moke, atap dan dinding rumah, musik, bela diri dan sebagainya.
Minggu, 01 Maret 2015
Yang Tersirat di Balik Festival Sidembunut, Bangli, Bali
Kemarin, tanggal 28 Febuary 2015, Festival Desa Sidembunut, diadakan bersama titik-titik hujan yang mereda, membasahi langit Bangli. Acara sempat tertunda karena hujan yang turun deras, satu jam kemudian Festival pun dimulai. Dibuka oleh Bupati Bangli, Bapak Made Gianyar, Pemimpin Sanggar Hasta Gina, dan Kapolres beserta pemuka dan pemangku desa – setelah pengantar pembuka, penampilan seni budaya dan karya seni Desa Sidembunut berjajar berjalan di hadapan pengunjung, media, dan penduduk memamerkan yang khas dari Bangli. Pakaian adat, tarian, musik, Bondres, kerajinan ditampilkan di depan para pejabar, tamu, dan masyarakat umum satu per satu. Setelah itu, pengunjung digiring untuk menikmati permainan gamelan yang dimainkan oleh wanita-wanita cantik desa Sidembunut, dan dilanjutkan menjajah 9 tenda makanan dan minuman khas Bali yang sumpah itu semua sangat mengusik selera untuk segera mencicipinya. Dan hampir semua hidangan, rasanya memang maknyoss!
Selasa, 24 Februari 2015
Langganan:
Postingan (Atom)