Rabu, 14 September 2016

Mandi

Membasuh tubuh dengan 7 rupa.  Jangan lupa digosok secara benar dan harus bersih.   sebersih langit tadi yang kita lihat di belahan sana. Putih tak terlalu putih, sedikit biru, sekilas abu abu, berkabut yang semua adalah bukan lukisan melainkan kapas. Apa arti kapas bagi kamu yang telah berkuasa terhadap tubuh yang terus hidup berkepanjangan dan menjerat nafas yang melahirkan kamu..

Sebentar, bicara apa saya.

Jumat, 15 Juli 2016

Rindu

Aku merindu,
Maka aku tak karuan,
Sialan kau




Kamu nggak ilang-ilang
Malah makin membesar
Lalu aku harus bagaimana

Aku menangis
Karena tak mampu
Kamu begitu kuat
di kepalaku
di rasaku
di hatiku

Pikiranku sesak
Takut aku menjadi gila
Kau tak khawatir kalau aku mejadi sinting?


Btw, Tidak ada keputusan yang harus diambil
Karena belum tentu itu terbaik
Jadi...

Karena sebelumnya aku pernah melakukannya
Hasilnya? Nihil!
Sampai sekarang aku masih ingat ingatan-ingatan hampir 4 thun lalu
Jadi..
Tidak ada yang harus dibuang!

Masa aku katakan rindu lagi padamu?
Dan aku senang dengan kalimatmu di pagi kemarin
Sekejap itulah duniaku menjadi jungkirbalik
Reseh!

Jumat, 08 Juli 2016

Kepada Sapardi dan Hujan Bulan Juni



Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni,
Dirahasiakannya rintik rindunya kepada tempo-tempo lagu dan denyut imajinasi-imajinasi yang kencang yang jangan sampai diejek makhluk itu.



Tak ada yang lebih bijak dari hujan  bulan Juni,
 Dihapusnya jejak-jejak nakal diksi-diksi yang semerawut-semerawut tapi menawan. 
Dentuman-dentuman di kepala yang malah menyenangkan-menyenangkan 
Sampai burung merpati menyerahkan keputusannya pada alam
Tentang sebuah kalimat sederhana tentang cinta yang memang tak perlu dihias-hias tentang ungkapan yang apa adanya tentang pengetahuan menerima dan diterima

Tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni,
Dibiarkannya tak terucap, diserap elektromagnetik-elektromagnetik semesta yang siapa tahu terbaca olehnya. Tak terbaca pun, tak apa. 

Kepada Sapardi

Hujanku masih basah
Dan Tak terkenal

Mengapa selalu Juni, Sapardi?

Juli memang datang terlalu cepat
Bersama  kerlap-kerlip lampu di kota yang berpura-pura  meriah

Tik-tik-tik
Rintik hujan ada lagi
Semalam. Malam. malam. malam lagi.

Kubuka jendela yang penuh embun
Kuraihnya, dan  menggulumnya
dan jadilah aku pagi
Meski semalam titik titik  hujan datang beruntun menjadi banjir 

Juni memang tak bisa kugenggam
Dan kau tahu itu, Sapardi
Bertahun-tahun selalu di Juni
Pengulangan-pengulangan yang tak bisa kubenahi
Selesai, Sapardi!


 10 Juni sepuluh tahun lalu 
 kau perlihatkan "hujan bulan juni" milikmu
dan aku tak tertarik dan kau tangkas,"kau pasti tertarik!"
Hah, kau memang keparat, Sapardi! 











Senin, 04 Juli 2016

Random Jelang Jakarta Tak Butuh Gubernur


Semalam teman saya baru saja bilang kalau "Jakarta tidak butuh gubernur, tapi butuh mudik massal". Benar juga untuk menuntaskan kemacetan, pulangkan saja mereka ke kampung asalnya. Ini memang pembahasan yang tiba-tiba, antara serius dan tidak serius, jadi jangan anggap ini sebuah pengantar yang mendalam. 

Minggu, 03 Mei 2015

Kepala Bipo




Kamu mati
Ketika perpindahan eforia
Melintasi melankoli berkepanjangan
Aku mati
Hari-hari  melihat fluktuasi
Membaca isi kepala tumpah
Lalu kembali ke semula

Apakah Mereka Benar-benar Romantis?




“I love you as certain dark things are to be loved,

in secret, between the shadow and the soul.”
–“Sonnett XVII,” by Pablo Neruda


Empat lelaki di samping saya itu berprofesi sebagai penulis. saya tak perlu menyebutkan satu per satu nama mereka. Tulisan mereka hampir seluruhnya romantis dan di-publish di berbagai media. Apakah dalam kehidupannya, mereka romantis terhadap pasangannya? Saya tidak tahu pasti. Yang saya tahu adalah penulis yang menuangkan keromantisan, hanya sekali -dua kali, malah tidak pernah merasakan hal-hal romantis dalam perjalanan hidupnya. Sehingga, kepala mereka penuh ilusi romansa yang meledak-ledak. Atau di ingatan mereka masih terngiang-ngiang hal-hal romantis bersama mantan pasangannya. Bisa jadi, pasangannya itu tidak lagi romantis. Mungkin juga, penulisnya yang sudah lama tak mengangkat hal romantis di kehidupannya yang sekarang. Ini semua memang hanya 'barangkali'.

Rabu, 18 Maret 2015

Cerita dari Bajawa, Flores


Sekilas Tentang Festival Bhego Li Bheto


Musik bambu hampir ditinggalkan masyarakat Ngada, Flores. Padahal setiap harinya, kegiatan mereka tidak lepas dari bambu, apalagi sebagian pemain musik bambu menempati rumah adat asli yang dibangun dari bambu (Kampung Wogo). Kebiasaan mereka pun berkumpul sambil bermain musik, bernyanyi, dan menari. Dahulu, mereka masih memainkan alat musik bambu secara lengkap untuk berkumpul-kumpul sekedarnya. Tapi, sekarang ini mereka berkumpul hanya memainkan alat musik gitar yang bukan berasal dari bambu. Kecuali seruling. Tapi tidak alat musik bambu lainnya, seperti Kolintang, Bombardom (berfungsi sebagai Bass), Gendang, Voidoa, dan lainnya yang berasal dari bambu.    

Pesta Musik Bambu di Negeri Flores


Mendengar atau membaca “musik bambu” terkesan biasa, karena musik bambu telah hadir di beberapa daerah Indonesia sejak lama. Namun, kali ini sangat menarik dan unik. Sebabnya, bambu yang terdiri dari 159 jenis di Indonesia dan 6 jenis (Bambu Betung, bambu Pering, bambu Belang, bambu Suling, bambu Gurung, dan bambu To’e) di Flores, dan penduduknya mengunakan bambu tidak hanya untuk musik saja, tapi dalam kehidupan sehari-hari. Tentu, tidak semua penduduk Flores memanfaatkan bambu di kehidupan sehariannya, tapi ada kampung yang masih menggunakan bambu dari memasak, menyuling minuman khas dari pohon Enau, Moke, atap dan dinding rumah, musik, bela diri dan sebagainya.

Minggu, 01 Maret 2015

Yang Tersirat di Balik Festival Sidembunut, Bangli, Bali


Kemarin, tanggal 28 Febuary 2015, Festival Desa Sidembunut, diadakan bersama titik-titik hujan yang mereda, membasahi langit Bangli. Acara sempat tertunda karena hujan yang turun deras, satu jam kemudian Festival pun dimulai. Dibuka oleh Bupati Bangli, Bapak Made Gianyar, Pemimpin Sanggar Hasta Gina, dan Kapolres beserta pemuka dan pemangku desa  – setelah pengantar pembuka, penampilan seni budaya dan karya seni Desa Sidembunut berjajar berjalan di hadapan pengunjung, media, dan penduduk memamerkan yang khas dari Bangli. Pakaian adat, tarian, musik, Bondres, kerajinan ditampilkan di depan para pejabar, tamu, dan masyarakat umum satu per satu. Setelah itu, pengunjung digiring untuk menikmati permainan gamelan yang dimainkan oleh wanita-wanita cantik desa Sidembunut, dan dilanjutkan menjajah 9 tenda makanan dan minuman khas Bali yang sumpah itu semua sangat mengusik selera untuk segera mencicipinya. Dan hampir semua hidangan, rasanya memang maknyoss!